Mass Communication atau komunikasi massa merupakan platforms yang
mana keberfungsiannya adalah menerima, mengola kemudian menyalurkan
komunikasi dalam berbagai bentuk bisa berupa informasi, opini, dan kondisi
kepada satu orang atau orang yang lainnya, dari satu tempat ke tempat yang
lainnya.
Sejarah
komunikasi massa ada dalam berbagai bentuk media massa yang
telah berkembang dari waktu ke waktu. Dewasa ini komunikasi
massa dalam bentuk media massa adalah sebuah aspek yang masuk ke
dalam marketing management (manajemen pemasaran). Entah
itu dalam tren atau issues mengenai teknologi,
politik, ekonomi, sosial dan budaya di suatu negara lingkup nasional dan
transnasional.
Singkat cerita,
komunikasi massa adalah komunikasi yang menjangkau banyak orang terutama
ini mulai dikembangkan hanya dalam waktu 500 tahun terakhir. Perkembangan ini
bersamaan dengan perkembangan ideologi, pemikiran, teknologi, dan social
change yang membantu memicu permintaan akan inovasi yang diperlukan
bagi peradaban manusia dan ini yang membentuk media massa sampai sekarang
ini.
Satu di
antara komunikasi massa yang paling tua di dunia dan ada sampai saat
ini adalah buku. Buku adalah komunikasi massa yang tertua dari
media, dan sebagai media itu sendiri.
Menurut Laurie
Thomas Lee, dalam karyanya History and Development
of Mass Communications , buku pertama yang
diketahui ditulis di Mesir sekitar 1400 SM. Namun, saat itu buku tidak
diproduksi untuk massa, namun seiring dengan penemuan para sejarawan, mesin
cetak pertama ada pada tahun 1456 yang sebagai pencetak surat kabar yang
dianggap sebaliknya sebagai media massa tertua.
Padahal lembaran
atau potongan berita (news-sheets) yang dianggap orang
sebagai koran saat ini, itu sudah ada pada 100 SM di Roma, yang juga
sebagai bentuk political tracts dan suatu pamflet yang
ada sekitar 400 hingga 500 Tahun sebelum tahun 1456 tersebut.
Namun meskipun
demikian, surat kabar pertama tidak memulai debutnya sekitar tahun 1600-an,
diketahui perkembangan majalah juga lambat. Berasal dari kata Prancis, 'magasin'
, dan dalam bahasa inggris majalah pertama tidak muncul sampai tahun
1704.
Kemudian muncul
media elektronik, yang justru berkembang dengan cepat. Radio muncul sebagai
media massa (media elektronik) pertama pada tahun 1920-an, karena semakin
populernya hiburan massa dengan didukung kemajuan teknologi yang berasal dari
perkembangan telegraf, telepon dan nirkabel.
Kemudian muncul
semangat persaingan pikiran mengenai inovasi di seluruh dunia untuk menambahkan
suatu alat atau media lainnya yang lebih nyata dan riil bukan hanya
terdengar oleh telinga dan kemudian itulah terciptanya televisi.
Ini hanya berupa
gambaran bagaimana komunikasi massa itu muncul, dan
seperti yang kita ketahui penemuan televisi ini adalah satu
di antara penemuan yang paling penting di abad ke dua puluh
oleh umat manusia. Televisi mencapai puncaknya pada tahun
1940-an, diikuti oleh televisi kabel dan komunikasi satelit pada paruh
kedua abad ini.
Diketahui juga
setelah perang dunia kedua, kondisi global pasca perang, 'damai' dengan
perang yang dimenangkan oleh koalisi sekutu yang dipimpin oleh
US. Seperti yang kita ketahui dunia masih belum sepenuhnya bernafas tenang
ketika dua raksasa global mengumandangkan perang dingin saat itu
pertempuran ideologi mana yang lebih jago untuk menundukkan dunia.
Satu
di antaranya yang terkena dampak (baik dirasakan langsung atau tidak;
sadar atau tidak disadari) itu adalah Indonesia. Meski kita melihat
sejarah itu dari sisi dimana kita seperti kehilangan rangsangan otentik
mengenai perjuangan awal anti-kolonialisme, perang dingin berakhir, Uni
Soviet runtuh dan sisa-sisa pikiran kiri itu dianggap sebagai pikiran yang
menganggu.
Meski di saat
yang sama selain ideologi, juga tumbuh teknologi. Mulai dari
berhasilnya astronot Amerika menginjakkan kakinya di bulan untuk
pertama kali. Bukan hanya orang tapi juga anjing pertama yang
berhasil berkeliling dunia dari Uni Soviet.
Sebagaimaa mana yang kita
ketahui juga, media massa yang terbaru hingga kini ditemukan oleh manusia
adalah internet. Internet adalah bentuk revolusi komunikasi yang paling
populer saat ini. Jika kita tahu Prancis punya Revolusi Prancis,
maka dunia punya revolusi juga bagi peradaban yaitu revolusi
komunikasi oleh internet.
Bertahun-tahun
ini, mulai muncul berbagai media baru (perusahaan yang bergerak di marketing
management), untuk mencari, melengkapi dan bersaing dengan
media tradisional, tren yang juga masuk kategori issues mengenai,
kesehatan, globalisasi, konsolidasi, konvergensi, bahkan ada yang cukup keras
yaitu propaganda.
Seperti kita
ketahui, media itu adalah alat publik dimana dia ada untuk
menstimulasi citizen ( maksudnya warga negara), untuk bisa
memegaruhi atau mengajak mereka yang menonton untuk berpikir, menganalisa, dan
menikmati tontonan yang dimaksudkan agar ada kemandirian dalam bertindak
dan mampu menciptakan opini. Jadi ada penggiringan opini, oleh si pemberi
opini tersebut, baik bisa berupa informasi, opini dan kondisi itu tadi agar
citizen bisa menyusun suatu konklusi atas apa yang diberikan media.
Jika misalnya
dalam politik, bisa mengenai political party, membership
registration, voters and undecided voters, elections dan electoral
campaigns, electorates managements, dan siapa pemilih mayoritas dan
kepentingan politik mayoritas, da sebagainya.
Ini adalah cara
media untuk mampu memberi makanan pada otak yang sehat tentu dengan informasi,
opini yang sehat pula, disitu peran penting media massa sebagai komunikasi
massa, seharusnya. Tapi itu tidak sepenuhnya ada di negeri ini?
Terus muncul pertanyaannya, kenapa bisa seperti itu?
Saya akan
jabarkan pelan-pelan. Media itu berisikan berbagai bentuk ide, yang
akan menggiring kita ke sebuah taman yang berisi banyak bunga. Kita
tak dapat hanya mengisi taman tersebut agar tampak cantik, karena misalkan si pemilik
taman lebih suka bunga mawar misalkan. Ini sangat tidak kompatibel dengan
asumsi atau pemaknaan orang-orang umum yang datang ke taman itu dengan maksud
mengunjungi taman bunga, bukan taman bunga mawar.
Begitulah media,
isi media massa itu, entah media elektonik, online dan televisi, itu harus
berisikan kumpulan tulisan-tulisan yang informatif, edukatif, bisa yang faktual
dan opini, untuk apa? Untuk mereka yang berpikir rasional mampu menangkap
itu.
Bukan hanya
berisi mengenai berita politik, meskipun politik itu kendaraannya adalah
media massa. Siapa yang memegang media massa maka secara politik ia akan
dimenangkan oleh jalur penyaluran informasi itu, dan inilah yang berlawanan
dengan demokrasi itu.
Saya meminjam
kultwit dari Rocky Gerung:
“Pers itu media publik, bukan humas istana
negara.”
Yang artinya media itu alat untuk rakyat, 'alat
untuk melihat issues bisa dalam bentuk
kalimat berita atau tulisan yang mampu memberikan suatu kondisi yang
rasional di tengah carut manut dan kesimpag siuran informasi yang
beredar.
Sekarang isi pers kita tidak ada satupun
berita atau tulisan yamg rasional, lebih banyaknya menguras
emosional. Lho, kenapa??? Karena selalu di ke
depankan pertempuran sentimen antar mereka yang pro dengan satu pihak dan
kontra terhadap pihak itu, karena mereka yang disebut rakyat baik dalam artian
luas atau kelompok tertentu seperti sudah dipengaruhi oleh media yang
menurut saya itu menjurus ke pembodohan oleh para kaum demagog.
Dalam teori komunikasi ini, kita kenal juga dengan
Pengaturan agenda atau Agenda Setting, dimana digambarkan kemampuan media massa
(biasanya berupa berita), untuk mampu memegaruhi persepsi publik untuk
membuat prediksi, dengan cara berita itu yang sering diberitakan, disorot, dan
menggiring penonton itu sebagai masalah yang penting, dan bisa saja justru
mengeyampingkan persoalaan lain yang ada dan lebih penting. orang bilang itu
pengalihan isu.
Penentuan ini tidak selalu buruk, penetuan opini
publik ini juga bisa menggiring si penonton atau penerima berita menjadi cerdas
dan mampu menganalisa jika 'oh, begini, seharusnya begini' dan membuat opini
mengenai persoalaan itu.
Tapi juga menjadi buruk, karena isi dari orang
yang ada di media sudah masuk untuk menciptakan kepentingan, sehingga opini
tadi dipaksakan 'harus seperti ini!' Oleh siapa? Oleh para kaum demagog yang
berlindung dibalik kata cerdas. Untuk demokrasi, bisa dilanjutkan
nanti sekian. Terima kasih.