layananhukum

Komunikasi Massa dan Politik Indonesia Saat Ini


Mass Communication atau komunikasi massa merupakan platforms yang mana keberfungsiannya adalah menerima, mengola kemudian menyalurkan komunikasi dalam berbagai bentuk bisa berupa informasi, opini, dan kondisi kepada satu orang atau orang yang lainnya, dari satu tempat ke tempat yang lainnya.

 

Sejarah komunikasi massa ada dalam berbagai bentuk media massa yang telah berkembang dari waktu ke waktu. Dewasa ini komunikasi massa dalam bentuk media massa adalah sebuah aspek yang masuk ke dalam marketing management (manajemen pemasaran). Entah itu dalam tren atau issues mengenai teknologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya di suatu negara lingkup nasional dan transnasional.

 

Singkat cerita, komunikasi massa adalah komunikasi yang menjangkau banyak orang terutama ini mulai dikembangkan hanya dalam waktu 500 tahun terakhir. Perkembangan ini bersamaan dengan perkembangan ideologi, pemikiran, teknologi, dan social change yang membantu memicu permintaan akan inovasi yang diperlukan bagi peradaban manusia dan ini yang membentuk media massa sampai sekarang ini. 

 

Satu di antara komunikasi massa yang paling tua di dunia dan ada sampai saat ini adalah buku.  Buku adalah komunikasi massa yang tertua dari media, dan sebagai media itu sendiri.

 

Menurut Laurie Thomas Lee, dalam karyanya History and Development of Mass Communications , buku pertama yang diketahui ditulis di Mesir sekitar 1400 SM. Namun, saat itu buku tidak diproduksi untuk massa, namun seiring dengan penemuan para sejarawan, mesin cetak pertama ada pada tahun 1456 yang sebagai pencetak surat kabar yang dianggap sebaliknya sebagai media massa tertua.

 

Padahal lembaran atau potongan berita (news-sheets) yang dianggap orang sebagai koran saat ini, itu sudah ada pada 100 SM di Roma, yang juga sebagai bentuk political tracts dan suatu pamflet yang ada sekitar 400 hingga 500 Tahun sebelum tahun 1456 tersebut. 

 

Namun meskipun demikian, surat kabar pertama tidak memulai debutnya sekitar tahun 1600-an, diketahui perkembangan majalah juga lambat. Berasal dari kata Prancis, 'magasin' , dan dalam bahasa inggris majalah pertama tidak muncul sampai tahun 1704. 

 

Kemudian muncul media elektronik, yang justru berkembang dengan cepat. Radio muncul sebagai media massa (media elektronik) pertama pada tahun 1920-an, karena semakin populernya hiburan massa dengan didukung kemajuan teknologi yang berasal dari perkembangan telegraf, telepon dan nirkabel.

 

Kemudian muncul semangat persaingan pikiran mengenai inovasi di seluruh dunia untuk menambahkan suatu alat atau media lainnya yang lebih nyata dan riil bukan hanya terdengar oleh telinga dan kemudian itulah terciptanya televisi.

 

Ini hanya berupa gambaran bagaimana komunikasi massa itu muncul, dan seperti yang kita ketahui penemuan televisi ini adalah satu di antara penemuan yang paling penting di abad ke dua puluh oleh umat manusia.  Televisi mencapai puncaknya pada tahun 1940-an, diikuti oleh televisi kabel dan komunikasi satelit pada paruh kedua abad ini.

 

Diketahui juga setelah perang dunia kedua, kondisi global pasca perang, 'damai' dengan perang yang dimenangkan oleh koalisi sekutu yang dipimpin oleh US. Seperti yang kita ketahui dunia masih belum sepenuhnya bernafas tenang ketika dua raksasa global mengumandangkan perang dingin saat itu pertempuran ideologi mana yang lebih jago untuk menundukkan dunia.

 

Satu di antaranya yang terkena dampak (baik dirasakan langsung atau tidak; sadar atau tidak disadari) itu adalah Indonesia. Meski kita melihat sejarah itu dari sisi dimana kita seperti kehilangan rangsangan otentik mengenai perjuangan awal anti-kolonialisme, perang dingin berakhir, Uni Soviet runtuh dan sisa-sisa pikiran kiri itu dianggap sebagai pikiran yang menganggu.

 

Meski di saat yang sama selain ideologi, juga tumbuh teknologi. Mulai dari berhasilnya astronot Amerika menginjakkan kakinya di bulan untuk pertama kali. Bukan hanya orang tapi juga anjing pertama yang berhasil berkeliling dunia dari Uni Soviet. 

 

Sebagaimaa mana yang kita ketahui juga, media massa yang terbaru hingga kini ditemukan oleh manusia adalah internet. Internet adalah bentuk revolusi komunikasi yang paling populer saat ini. Jika kita tahu Prancis punya Revolusi Prancis, maka dunia punya revolusi juga bagi peradaban yaitu revolusi komunikasi oleh internet. 

 

Bertahun-tahun ini, mulai muncul berbagai media baru (perusahaan yang bergerak di marketing management), untuk mencari, melengkapi dan bersaing dengan media tradisional, tren yang juga masuk kategori issues mengenai, kesehatan, globalisasi, konsolidasi, konvergensi, bahkan ada yang cukup keras yaitu propaganda. 

 

Seperti kita ketahui, media itu adalah alat publik dimana dia ada untuk menstimulasi citizen ( maksudnya warga negara), untuk bisa memegaruhi atau mengajak mereka yang menonton untuk berpikir, menganalisa, dan menikmati tontonan yang dimaksudkan agar ada kemandirian dalam bertindak dan mampu menciptakan opini. Jadi ada penggiringan opini, oleh si pemberi opini tersebut, baik bisa berupa informasi, opini dan kondisi itu tadi agar citizen bisa menyusun suatu konklusi atas apa yang diberikan media.

 

Jika misalnya dalam politik, bisa mengenai political partymembership registrationvoters and undecided voters, elections dan electoral campaigns, electorates managements, dan siapa pemilih mayoritas dan kepentingan politik mayoritas, da sebagainya. 

 

Ini adalah cara media untuk mampu memberi makanan pada otak yang sehat tentu dengan informasi, opini yang sehat pula, disitu peran penting media massa sebagai komunikasi massa, seharusnya. Tapi itu tidak sepenuhnya ada di negeri ini? Terus muncul pertanyaannya, kenapa bisa seperti itu? 

 

Saya akan jabarkan pelan-pelan. Media itu berisikan berbagai bentuk ide, yang akan menggiring kita ke sebuah taman yang berisi banyak bunga. Kita tak dapat hanya mengisi taman tersebut agar tampak cantik, karena misalkan si pemilik taman lebih suka bunga mawar misalkan. Ini sangat tidak kompatibel dengan asumsi atau pemaknaan orang-orang umum yang datang ke taman itu dengan maksud mengunjungi taman bunga, bukan taman bunga mawar.

 

Begitulah media, isi media massa itu, entah media elektonik, online dan televisi, itu harus berisikan kumpulan tulisan-tulisan yang informatif, edukatif, bisa yang faktual dan opini, untuk apa? Untuk mereka yang berpikir rasional mampu menangkap itu. 

 

Bukan hanya berisi mengenai berita politik, meskipun politik itu kendaraannya adalah media massa. Siapa yang memegang media massa maka secara politik ia akan dimenangkan oleh jalur penyaluran informasi itu, dan inilah yang berlawanan dengan demokrasi itu. 

Saya meminjam kultwit dari Rocky Gerung:

“Pers itu media publik, bukan humas istana negara.” 

Yang artinya media itu alat untuk rakyat, 'alat untuk melihat issues bisa dalam bentuk kalimat berita atau tulisan yang mampu memberikan suatu kondisi yang rasional di tengah carut manut dan kesimpag siuran informasi yang beredar. 

 

Sekarang isi pers kita tidak ada satupun berita atau tulisan yamg rasional, lebih banyaknya menguras emosional. Lho, kenapa???  Karena selalu di ke depankan pertempuran sentimen antar mereka yang pro dengan satu pihak dan kontra terhadap pihak itu, karena mereka yang disebut rakyat baik dalam artian luas atau kelompok tertentu seperti sudah dipengaruhi oleh media yang menurut saya itu menjurus ke pembodohan oleh para kaum demagog. 

 

Dalam teori komunikasi ini, kita kenal juga dengan Pengaturan agenda atau Agenda Setting, dimana digambarkan kemampuan media massa (biasanya berupa berita), untuk mampu memegaruhi persepsi publik untuk membuat prediksi, dengan cara berita itu yang sering diberitakan, disorot, dan menggiring penonton itu sebagai masalah yang penting, dan bisa saja justru mengeyampingkan persoalaan lain yang ada dan lebih penting. orang bilang itu pengalihan isu.

 

Penentuan ini tidak selalu buruk, penetuan opini publik ini juga bisa menggiring si penonton atau penerima berita menjadi cerdas dan mampu menganalisa jika 'oh, begini, seharusnya begini' dan membuat opini mengenai persoalaan itu.

 

Tapi juga menjadi buruk, karena isi dari orang yang ada di media sudah masuk untuk menciptakan kepentingan, sehingga opini tadi dipaksakan 'harus seperti ini!' Oleh siapa? Oleh para kaum demagog yang berlindung dibalik kata cerdas.  Untuk demokrasi, bisa dilanjutkan nanti sekian. Terima kasih.

Formulir Isian