A Woman Who Doesn't Change Her Mind Doesn't Have One Pin |
Rasanya paling baik kalau dua orang saling mengetahui
kejelekan masing masing sebelum mereka mulai hidup bersama. Realitas cenderung
bertentangan dengan bagaimana kehidupan itu idealnya mendefinisikan
kebersamaan.
Selalu ada kemungkinan kita membuat kesimpulan
yang sangat keliru dalam penalaran pemaknaan
kebersamaan; sesungguhnya itu telah menunjukkan betapa
berbahayanya menjalani sesuatu dengan cara berpikir yang kurang
lengkap dan tidak cakap.
Dalam mengambil keputusan tertentu meski harus
konyol dan klasik, paling tidak dengan berdasarkan tiga
elemen/komponen penting, tapi
sifatnya berpotensi subyektif, yaitu pengalaman, pengetahuan,
dan emosional (feeling/emovere).
Bisa dipersempit dengan pengambilan
keputusan yang obyektif, radikal, universal, yaitu berdasarkan
etika, nilai, norma, kemampuan kognitif, pikiran alam bawah sadar (ini
termasuk) dan ilmu pengetahuan. Harus dapat dikatakan wanita
bertindak menggunakan 80% perasaannya dan 20% akalnya, ini masih opini, bisa
dibantah dengan teori.
Hal itu berarti dalam urusan bermain perasaan, wanita
memiliki kemampuan yang tidak ada duanya, itu dalilnya.
Saat pasangan pria berada atau tenggelam dalam
pengaruh emosi, maka akan semakin mudah bagi wanita untuk menguasai
pasangannya.
Pengalaman tentu tidak akan cukup, pengetahuan juga
tidak menentukan. Apalagi menggunakan emosi yang sifat subyektif.
Pengamatan terhadap perilaku dan tingkah laku
(kebiasaan) harus dilihat dari parameter yang nantinya akan menimbulkan
beberapa pertanyaan.
- Apa
yang melatar belakangi dia melakukan itu?
- Mengapa
hal itu bisa terjadi?
Ya, Gejala ini adalah (......) sangat menarik sekali
untuk dipelajari. Mengetahui betapa radikalnya apa yang mereka pikirkan
dan hasrat terpendam itu satu dari banyak ilmu yang dapat dimasukkan ke dalam
daftar kecil pengetahuan ini.