“Apa itu Cinta?”
Bahasa yang paling sulit
dipahami, namun juga paling sederhana bagi nurani, ialah bahasa cinta. Berbicara
melalui cinta maka ideologi dapat bekerja.
Kata merupakan revitalisasi
rasa, dalam rasa makna akan muncul dalam bentuk gairah di dalam jiwa, untuk
apa? Untuk mengucapkan dengan berani cinta.
Membuat banyak manusia
bahagia dan secara mengenaskan membuat manusia menderita. Pemantik diskusi
sepanjang jalan di siang yang panas, di malam yang ganas itu hanyalah sebuah
tanya sederhana: apa itu cinta?
Cinta bisa dibicarakan
gampang sambil memakan gorengan di tepi jalan, atau bisa dipikirkan secara
kompleks sambil bolak-balik dengan membaca ensiklopedia.
Mengurai berpuluh hasil
penelitian, untuk mengeksplorasi memberi koreksi; apakah cinta bagian Descriptive
Ethics atau Normative Ethics?
Etika adalah pengawal cinta, cinta tanpa etika bagaikan mata bekerja tanpa dibuka, buta. Cinta bisa diibaratkan sebagai hipotesis dalam suatu kesatuan komprehensif cara kerja otak manusia, sebut saja itu hologenesis kehidupan.
Dalam penelitian hipotesis
ada supaya penelitian lebih terarah sesuai latar belakang, rumusan masalah,
teori yang digunakan, dan kesimpulan:
Dalam kehidupan, cinta merupakan alat bantu untuk menyesuaikan cara kerja berpikir koefisiensi agar membentuk ekspresi agar konstan, berpotensi menyusut dan teratur secara sintaksis logic.
Cinta itu korektif reflektif alam pikiran sehat manusia, logika bekerja tapi hanya untuk menganalisa luka.
Jika lelah tak kunjung dinanti, rindu tak terucap dalam hati, kata apa lagi yang berharga untuk nurani?