layananhukum

Kebudayaan dan Keperawanan



Sebagian besar budaya di seluruh dunia sejak zaman pra-sejarah menempatkan nilai tinggi pada keperawanan perempuan, dan mereka yang ditemukan sebagai perawan pasti sangat dihormati.

Dalam cerita Kristen, Maria atau Maryam ibu dari Yesus digambarkan sebagai wanita perawan yang secara ilmiah tak ada penjelasan dapat melahirkan anaknya tanpa melakukan penetrasi (hubungan seks). 

Perempuan juga sejak dahulu kala melihat keperawanan mereka sebagai harta yang berharga. Keperawanan bukan hanya mengacu pada keadaan tidak pernah melakukan hubungan seksual, akan tetapi juga lebih bermoral dan suci. Tetapi waktu berubah dan semakin banyak pria dan wanita muda, melakukan hubungan seks pra-nikah tidak lagi tabu; kecolongan dalam berbudaya, gagal memahami konsep sakral dari hubungan seks itu sendiri.

Dan ini yang banyak yang membuat kecewa generasi yang lebih tua. Khususnya di Nigeria.

Ada suatu ketika, ada pasangan asal Afrika pergi ke Prancis, karena sang istri ingin melakukan reparasi selaput dara di Paris Prancis dengan seorang dokter ahli yang bernama dr. Adel Louafi. Mereka datang jauh jauh hanya untuk membuat vagina si istri menjadi dalam keadaan seperti semula.

Tentu dokter dari Paris ini profesional, ia melakukan pekerjaaannya dengan baik dan hasilnya selalu memuaskan.Tapi yang anehnya timbul pertanyaan, kenapa si suami dari wanita ini ikut bersama sang istri untuk bersama dengannya saat melakukan reparasi vagina?

Tentu si dokter yang penasaran dan bertanya-tanya.

Karena menurut pemahaman & pengalaman si dokter, kebanyakan wanita yang datang untuk mereparasi vagina-nya ialah untuk alasan memberi kejutan pada sang suami, atau karena alasan tertentu lainnya hanya saja kecil dan sedikit sekali seperti karena kecelakaan, dsb. Kebanyakan wanita datang untuk memberi surprise pada suaminya, agar suami berkata, ‘eh elu masih perawan?’

Karena aneh maka si dokter pun bertanya,

“Elu yang biasa hubungan seks sama si wanita masa iya, elu mau lihat darah perawan dia lagi, lantas apa gerangan tujuannya?”

Lalu jawabannya sangat tak terduga diterima oleh sang dokter. Ternyata di kampung mereka di Nigeria, Keperawanan seorang wanita biasanya dirayakan pada malam pertama perkawinan di banyak komunitas, dan aib besar jika pengantin yang baru melangsungkan perkawinan ditemukan telah kehilangan keperawanannya, sebelum malam pertama terjadi. Lantas apa hubungannya keperawanan itu dan untuk apa?

Ternyata budaya di sana bagi siapapun pasangan muda yang baru kawin, keesokan harinya wajib diperlihatkan ke publik kasur mereka setelah malam pertama, apakah ada darah atau tidak. Karena budaya di sana sangat ketat mengenai hal itu, terlepas karena persoalan teologis atau adat istiadat. Oleh karena itu, rasa takut kehilangan keperawanan itu adalah awal dari bencana dan mampu mempertahankannya awal dari membawamu pada tabir cerahnya anugerah dari dewi fortuna, menurut mereka.

(Bersambung............)

Formulir Isian